Berdamai Dengan Kanker

Puru Ayal atau kanker atau neoplasma ganas adalah penyakit yang ditandai dengan kelainan siklus sel khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk:
  • Tumbuh tidak terkendali (pembelahan sel melebihi batas normal)
  • Menyerang jaringan biologis di dekatnya.
  • Bermigrasi ke jaringan tubuh yang lain melalui sirkulasi darah atau sistem limfatik, disebut metastasis.

Tiga karakter ganas inilah yang membedakan kanker dari tumor jinak.
Sebagian besar kanker membentuk tumor, tetapi beberapa tidak, seperti leukemia.

Cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan studi, diagnosis, perawatan, dan pencegahan kanker disebut Onkologi.

Kanker dapat menyebabkan banyak gejala yang berbeda, bergantung pada lokasi dan karakter keganasan, serta ada tidaknya metastasis. 
Diagnosis biasanya membutuhkan pemeriksaan mikroskopik jaringan yang diperoleh dengan Biopsi.
Setelah didiagnosis, kanker biasanya dirawat dengan operasi, kemoterapi, atau radiasi.

Kebanyakan kanker menyebabkan kematian.
Kanker adalah salah satu penyebab utama kematian di negara berkembang.
Kebanyakan kanker dapat dirawat dan banyak disembuhkan, terutama bila perawatan dimulai sejak awal.
Banyak bentuk kanker berhubungan dengan faktor lingkungan yang sebenarnya bisa dihindari.

Merokok dapat menyebabkan PENYAKIT KANKER 
daripada faktor lingkungan lainnya.

 Kanker dapat menyebar melalui kelenjar getah bening maupun pembuluh darah ke organ lain.

Klasifikasi Kanker :

Pada umumnya, kanker dirujuk berdasarkan jenis organ atau sel tempat terjadinya. Sebagai contoh, kanker yang bermula pada usus besar dirujuk sebagai kanker usus besar, sedangkan kanker yang terjadi pada sel basal dari kulit dirujuk sebagai karsinoma sel basal. Klasifikasi kanker kemudian dilakukan pada kategori yang lebih umum, misalnya:[4]
Karsinoma, merupakan kanker yang terjadi pada jaringan epitel, seperti kulit atau jaringan yang menyelubungi organ tubuh, misalnya organ pada sistem pencernaan atau kelenjar. Contoh meliputi kanker kulit, karsinoma serviks, karsinoma anal, kanker esofageal, karsinoma hepatoselular, kanker laringeal, hipernefroma, kanker lambung, kanker testiskular dan kanker tiroid.
Sarkoma, merupakan kanker yang terjadi pada tulang seperti osteosarkoma, tulang rawan seperti kondrosarkoma, jaringan otot seperti rabdomiosarcoma, jaringan adiposa, pembuluh darah dan jaringan penghantar atau pendukung lainnya.
Leukemia, merupakan kanker yang terjadi akibat tidak matangnya sel darah yang berkembang di dalam sumsum tulang dan memiliki kecenderungan untuk berakumulasi di dalam sirkulasi darah.[5]
Limfoma, merupakan kanker yang timbul dari nodus limfa dan jaringan dalam sistem kekebalan tubuh




Kisah Menyentuh dari Anak Kanker :

Istriku berkata kepada aku yang sedang baca koran.
Berapa lama lagi kamu baca koran itu?
Tolong kamu ke sini dan bantu anak perempuanmu tersayang untuk makan.
Aku taruh koran dan melihat anak perempuanku satu2nya,
namanya Sindu tampak ketakutan, air matanya banjir di depannya ada semangkuk nasi berisi nasi susu asam/yogurt (nasi khas India /curd rice).

Sindu anak yang manis dan termasuk pintar dalam usianya yang baru 8 tahun.
Dia sangat tidak suka makan curd rice ini.
Ibu dan istriku masih kuno,
mereka percaya sekali kalau makan curd rice ada “cooling effect”.

Aku mengambil mangkok dan berkata Sindu sayang,
demi ayah, maukah kamu makan beberapa sendok curd rice ini?
Kalau tidak, nanti ibumu akan teriak2 sama ayah.

Aku bisa merasakan istriku cemberut di belakang punggungku.
Tangis Sindu mereda dan ia menghapus air mata dengan tangannya, dan berkata :
“boleh ayah akan saya makan curd rice ini tidak hanya beberapa sendok tapi semuanya akan saya habiskan, tapi saya akan minta”
agak ragu2 sejenak
“akan minta sesuatu sama ayah bila habis semua nasinya. Apakah ayah mau berjanji memenuhi permintaan saya?”

Aku menjawab :
“oh pasti, sayang.”

Sindu tanya sekali lagi, :
“betul nih ayah ?”

“Yah pasti sambil menggenggam tangan anakku yang kemerah mudaan dan lembut sebagai tanda setuju.”

Sindu juga mendesak ibunya untuk janji hal yang sama,
istriku menepuk tangan Sindu yang merengek sambil berkata tanpa emosi,
janji kata istriku.

Aku sedikit khawatir dan berkata:
“Sindu jangan minta komputer atau barang2 lain yang mahal yah, karena ayah saat ini tidak punya uang.”

Sindu menjawab :
jangan khawatir, Sindu tidak minta barang2 mahal kok.
Kemudian Sindu dengan perlahan-lahan dan kelihatannya sangat menderita, dia bertekad menghabiskan semua nasi susu asam itu. Dalam hatiku aku marah sama istri dan ibuku yang memaksa Sindu untuk makan sesuatu yang tidak disukainya.

Setelah Sindu melewati penderitaannya, dia mendekatiku dengan mata penuh harap, dan semua perhatian
(aku, istriku dan juga ibuku) tertuju kepadanya.

Ternyata Sindu mau kepalanya digundulin/dibotakin pada hari Minggu.
Istriku spontan berkata permintaan gila, anak perempuan dibotakin, tidak mungkin.
Juga ibuku menggerutu jangan terjadi dalam keluarga kita, dia terlalu banyak nonton TV dan program2 TV itu sudah merusak kebudayaan kita.

Aku coba membujuk:
Sindu kenapa kamu tidak minta hal yang lain kami semua akan sedih melihatmu botak.

Tapi Sindu tetap dengan pilihannya, :
tidak ada yah, tak ada keinginan lain, kata Sindu.

Aku coba memohon kepada Sindu :
tolonglah kenapa kamu tidak mencoba untuk mengerti perasaan kami.

Sindu dengan menangis berkata :
ayah sudah melihat bagaimana menderitanya saya menghabiskan nasi susu asam itu dan ayah sudah berjanji untuk memenuhi permintaan saya.
Kenapa ayah sekarang mau menarik/menjilat ludah sendiri?
Bukankah Ayah sudah mengajarkan pelajaran moral,
bahwa kita harus memenuhi janji kita terhadap seseorang apapun yang terjadi seperti Raja Harishchandra (raja India jaman dahulu kala) untuk memenuhi janjinya rela memberikan tahta, harta/kekuasaannya, bahkan nyawa anaknya sendiri.

Sekarang aku memutuskan untuk memenuhi permintaan anakku :
janji kita harus ditepati.

Secara serentak istri dan ibuku berkata :
apakah aku sudah gila?
Tidak, jawabku, kalau kita menjilat ludah sendiri, dia tidak akan pernah belajar bagaimana menghargai dirinya sendiri. Sindu, permintaanmu akan kami penuhi.
Dengan kepala botak, wajah Sindu nampak bundar dan matanya besar dan bagus.



Hari Senin,
aku mengantarnya ke sekolah,
sekilas aku melihat Sindu botak berjalan ke kelasnya dan melambaikan tangan kepadaku.
Sambil tersenyum aku membalas lambaian tangannya.

Tiba2 seorang anak laki2 keluar dari mobil sambil berteriak :
Sindu tolong tunggu saya.
Yang mengejutkanku ternyata, kepala anak laki2 itu botak.


Aku bepikir mungkin ”botak” model jaman sekarang.

Tanpa memperkenalkan dirinya seorang wanita keluar dari mobil dan berkata:
“anak anda, Sindu benar2 hebat.
Anak laki2 yang jalan bersama-sama dia sekarang, Harish adalah anak saya, dia menderita kanker leukemia.”


Wanita itu berhenti sejenak, nangis tersedu-sedu,
“bulan lalu Harish tidak masuk sekolah, karena pengobatan chemo therapy kepalanya menjadi botak jadi dia tidak mau pergi ke sekolah takut diejek/dihina oleh teman2 sekelasnya.
Nah Minggu lalu Sindu datang ke rumah dan berjanji kepada anak saya untuk mengatasi ejekan yang mungkin terjadi.
Hanya saya betul2 tidak menyangka kalau Sindu mau mengorbankan rambutnya yang indah untuk anakku Harish.
Tuan dan istri tuan sungguh diberkati Tuhan mempunyai anak perempuan yang berhati mulia.”

Aku berdiri terpaku dan aku menangis,
malaikat kecilku,
tolong ajarkanku tentang kasih.

sumber : http://accuratehealth.forumshealth.com/t337-kisah-menyentuh-dari-anak-kanker


Penggalan Kata Sambutan Menteri Kesehatan RI, Dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH., Dr.PH, Pada Tanggal 13 April 2011, Yang Ditulisnya Menyambut Penerbitan Buku Berdamai Dengan Kanker :

Berikut penggalan almarhumah, dalam buku tersebut :

Saya sendiri belum bisa disebut sebagai survivor kanker Diagnose kanker paru stadium 4, baru ditegakkan 5 bulan yang lalu, dan sampai kata sambutan ini saya tulis, saya masih berjuang untuk mengatasinya. Tetapi saya tidak bertanya :

“Why me ??”.

Saya menganggap ini adalah salah satu anugerah dari Allah SWT.

sudah begitu banyak anugerah yang saya terima dalam hidup ini :
hidup di negara yang indah,
tidak dalam peperangan,
diberi keluarga besar yang pandai-pandai,
dengan sosial ekonomi lumayan,
dianugerahi suami yang sangat sabar dan baik hati,
dengan 2 putera dan 1 puteri yang Alhamdulillah sehat, cerdas, dan berbakti kepada orang tua.

Hidup saya penuh dengan kebahagiaan.

“So…Why Not ??”

Mengapa tidak,
Tuhan menganugerahi saya kanker paru ?
Tuhan pasti mempunyai rencanaNya, yang belum saya ketahui, tetapi saya merasa SIAP untuk menjalankannya Insya Allah. Setidaknya saya menjalani sendiri penderitaan yang dialami pasien kanker, sehingga bisa memperjuangkan program pengendalian kanker dengan lebih baik.

Bagi rekan-rekanku, sesama penderita kanker dan para survivor, mari kita berbaik sangka kepada ALLAH, kita terima semua anugerahNya dengan bersyukur.
Sungguh,
amanya hidup tidaklah sepenting kualitas hidup itu sendiri.

Mari lakukan sebaik-baiknya apa yang bisa kita lakukan dengan sepenuh hati.
Dan….jangan lupa, nyatakan perasaan kita kepada orang-orang yang kita sayagi.
Bersyukurlah, kita masih diberi kesempatan untuk itu”

sumber : http://andam.blogdetik.com/


Info Selengkapnya mengenai Kanker silahkan kunjungi :


Category Article , ,

What's on Your Mind...